PENCARI DATA / INFORMASI
Jumat, 10 Oktober 2008
Kata Ulang (Kelas X)
Kata Ulang
Kata Ulang Kata yang mengalami perulangan kata sebagian atau seluruhnya dan mengakibatkan makna yang berbada-beda.
Macam-Macam Kata Ulang
Kata ulang dibagi menjadi 4 macam, yakni:
1. Kata Ulang Utuh (K.U. Dwilingga), yakni perulangan kata yang dialami oleh seluruh kata dasar.
Contoh:
a. anak-anak
b. rumah-rumah
2. Kata Ulang Sebagian (K.U. Dwipurwa), yakni perulangan kata yang dialami oleh sebagian dari kata dasar.
Contoh:
a. pepohonan
b. tetangga
3. Kata Ulang Berimbuhan, yakni perulangan kata yang melibatkan morfem terikat (afiks)
a. kejar-kejaran
b. mobil-mobilan
4. Kata Ulang Salin Suara (K.U. Dwilingga Salin Suara), yakni perulangan kata yang dialami oleh seluruh kata dasar namun mengalami perubahan fonem pada salah satu kata dasarnya.
Contoh:
Perubahan fonem vokal
a. mondar-mandir
b. gerak-gerik
Perubahan fonem konsonan
a. sayur-mayur
b. lauk-pauk
Catatan: kata-kata berikut tidak termasuk kata ulang dalam bahasa Indonesia karena tidak sesuai dengan pengertian kata ulang itu sendiri. Maka kata-kata berikut dinamakan Kata Ulang Semu.
Contoh: a. tiba-tiba
b. kura-kura
c. pura-pura
d. lumba-lumba, dll.
Makna Kata Ulang Dalam Bahasa Indonesia
Macam-macam makna atau nosi kata ulang, di antaranya sebagai berikut.
1. Kata ulang yang menyatakan `banyak tidak menentu`.
Contoh:
- Di tempat kakek, terdapat pepohonan yang rimbun dan lebat sekali.
- Pulau-pulau yang ada di dekat perbatasan dengan negara lain perlu diperhatikan oleh pemerintah.
2. Kata ulang yang menyatakan `sangat`.
Contoh:
- Jambu merah Pak Alex besar-besar dan memiliki kenikmatan yang tinggi.
- Anak kelas IX orangnya malas-malas dan sangat tidak koperatif.
3. Kata ulang yang menyatakan `paling`.
Contoh:
- Setinggi-tingginya Agus naik pohon, pasti dia akan turun juga.
- Zambada dan Edowa mencari kecu sebanyak-banyaknya untuk makanan ikan cupang kesayangannya.
4. Kata ulang yang menyatakan `mirip` / `menyerupai` / `tiruan`.
Contoh:
- Marcel membuat kapal-kapalan dari kertas yang dibuang Pak Mulyanto tadi pagi.
- Ricky main rumah-rumahan bersama Rexy seharian di halaman rumah.
5. Kata ulang yang menyatakan `saling` atau `berbalasan`(resiprok).
Contoh:
- Ketika mereka berpacaran selalu saja cubit-cubitan sambil tertawa.
- Saat lebaran biasanya keluarga di RT IV kunjung-kunjungan satu sama lain.
6. Kata ulang yang menyatakan `bertambah` atau `makin`.
Contoh:
- Biarkan dia main hujan! Lama-lama dia akan bosan juga.
- Ayah meluap-luap emosinya ketika tahu dirinya masuk perangkap penipu kartu kredit.
7. Kata ulang yang menyatakan `waktu` atau `masa`.
Contoh:
- Orang katro dan ndeso itu datang ke rumahku malam-malam.
- Datang-datang dia langsung tidur di kamar karena kecapekan.
8. Kata ulang yang menyatakan `berusaha` atau `penyebab`.
Contoh:
- Setelah kejadian itu dia menguat-nguatkan diri mencoba untuk tabah.
9. Kata ulang yang menyatakan `terus-menerus`
Contoh:
- Anjing buduk dan rabies itu suka mengejar-ngejar anak kecil yang lewat di dekat kandangnya yang bau.
- Lina selalu bertanya-tanya pada dirinya apakah kesalahannya pada Hany dapat termaafkan.
10. Kata ulang yang menyatakan `agak` (melemahkan arti).
Contoh:
- Karena berjalan sangat jauh kaki Putra sakit-sakit semua.
- Jangan tergesa-gesa begitu dong, nanti jatuh!
11. Kata ulang yang menyatakan `beberapa`.
Contoh:
- Sudah bertahun-tahun nenek tua itu tidak bertemu dengan anak perempuannya yang pergi ke Hongkong.
- Mas Agung berminggu-minggu tidak apel ke rumahku. Ada apa ya?
12. Kata ulang yang menyatakan `sifat` atau `agak`.
Contoh:
- Lagak si bencong itu kebarat-baratan kayak dakocan.
- Wajahnya terlihat kemerah-merahan ketika pujaan hatinya menyapa dirinya.
13. Kata ulang yang menyatakan `himpunan pada kata bilangan`.
Contoh:
- Coba kamu masukkan gundu bopak itu seratus-seratus ke dalam tiap plastik!
- Jangan beli makanan banyak-banyak, Nak, nanti uang sakumu habis!
14. Kata ulang yang menyatakan `bersenang-senang` atau `santai`
Contoh:
- Dari tadi padi Filo kerjanya cuma tidur-tiduran di sofa.
- Ular naga panjangnya bukan kepalang berjalan-jalan selalu riang kemari.
Diposting oleh guru basindomd di 18.57 0 komentar
Kalimat langsung dan tak langsung
KALIMAT LANGSUNG adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan atau ujaran orang lain, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Bentuk dari kalimat langsung dapat berupa kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, ataupun kalimat seru.
KALIMAT TAK LANGSUNG adalah kalimat yang melaporkan/memberitahukan ucapan atau ujaran orang lain. Bentuk dari kalimat tidak langsung hanya berupa kalimat berita.
PERBEDAAN KALIMAT LANGSUNG DAN KALIMAT TAK LANGSUNG
1. Kalimat langsung bertanda kutip (“…”) sedangkan kalimat tak langsung tidak bertanda kutip.
2. Pada kalimat langsung, intonasi bagian yang dikutip lebih tinggi dibandingkan yang tidak, sedangkan pada kalimat tak langsung, intonasi mendatar dan menurun.
3. Pada kalimat langsung, kata ganti pada kalimat yang dikutip tidak mengalami perubahan, sedangkan pada kalimat tak langsung kata ganti pada kalimat yang dikutip mengalami perubahan.
4. Susunannya kalimat langsung tetap, tidak berkata tugas sedangkan kalimat tak langsung berkata tugas, seperti bahwa, sebab, untuk, supaya, dll.
5. Kalimat langsung berbentuk kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, dan kalimat seru sedangkan kalimat tak langsung hanya berupa kalimat berita.
PENGGUNAAN KATA GANTI (PRONOMINA) PADA KALIMAT LANGSUNG DAN KALIMAT TAK LANGSUNG
Kalimat Langsung - Kalimat Tak Langsung
kamu saya, aku
engkau saya, aku
aku, saya dia, ia
-ku -nya
kita mereka
PENGGUNAAN KATA TUGAS PADA KALIMAT LANGSUNG DAN KALIMAT TAK LANGSUNG
Kalimat Langsung Kalimat Tak Langsung
siapa tentang nama / pelaku
apa (-kah) tentang sesuatu / benda
Kapan, bilamana waktu
di mana, ke mana tempat
mengapa sebab
Berapa, ke berapa jumlah, urutan
mana pilihan
bagaimana cara
jangan untuk tidak
-lah untuk / supaya / agar
(kalimat berita) bahwa
TATA PENULISAN KALIMAT LANGSUNG
1. Kalimat langsung ditulis di antara tanda kutip (“…”).
2. Huruf pertama pada petikan langsung ditulis dengan menggunakan huruf kapital.
3. Tanda kutip penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
4. Bagian pengiring dan bagian petikan langsung dipisah dengan tanda baca koma (,).
5. Jika di dalam petikan langsung menggunakan kata sapaan, maka sebelum kata sapaan diberi tanda baca koma (,) dan huruf pertama kata sapaan menggunakan huruf kapital.
6. Kalimat langsung yang berupa dialog berurutan, wajib menggunakan tanda baca titik dua (:) di depan kalimat langsung.
Diposting oleh guru basindomd di 18.53 0 komentar
Kamis, 09 Oktober 2008
Teknik Wawancara Jurnalistik
A. Pendahuluan
Sumber berita, selain diperoleh dalam suatu peristiwa atau kejadian di
lapangan juga bisa dari hasil wawancara. Mengadakan wawancara atau interview pada
prinsipnya merupakan usaha untuk menggali keterangan yang lebih dalam dari sebuah
berita dari sumber lain yang relevan. Informasi atau keterangan itu bisa berupa pendapat,
kesan, pengalaman, pikiran dan sebagainya.
Dalam dunia jurnalistik, wawancara selalu dimaksudkan sebagai upaya untuk
mendapatkan berita, komentar atau opini sehubungan dengan sesuatu yang berhubungan
dengan otoritas yang dimiliki seseorang. Misalnya, untuk mendapatkan keterangan atau
informasi tentang kampanye advokasi penegelolaan sumberdaya hutan yang adil dan
berkelanjutan atau perubahan PP tentang pengelolaan hutan negara.
Person yang mempunyai otoritas untuk itu cukup banyak, dari Kelopok Tani
Hutan, Kepala Dinas Kehutanan sampai Menteri Kehutanan. Namun wawancara yang
dilakukan untuk mendapat bahan tulisan yang bersifat ‘human interes’ tidak harus
dilakukan dengan seseorang yang mempunyai otoritas tetapi siapapun bisa menjadi
sumber berita untuk diwawancarai.
Misalnya, kelompok tani di Gunungkidul dan Kulonprogo yang tengah berjuang
untuk mendapat izin pengelolaan hutan negara tidak hanya sekadar 5 tahun, tetapi 35
tahun. Perjuangan ini sangat menarik karena menyangkut mati hidup kelompok tani yang
berada di sekitar hutan. Hidup dan matinya masyarakat di sekitar hutan tiba-tiba diputus
tentu akan menjadi pusat perhatian.
Untuk melengkapi dan mempertajam suatu berita wartawan harus melakukan
wawancara. Misalnya, seseorang berhasil mengendus kasus illegal logging, selain
memberitakan kasus didapatkan dari pernyataan seseorang harus mencari informasi
yang akurat dan faktual untuk mendapat kebenaran dari kasus tersebut kepada yang lebih
punya otoritas untuk memperjelas persoalan, siapa di balik kasus tersebut dan
sebagainya.
Hasil dari wawancara diharapkan menjadi laporan yang lebih lengkap dengan
mengungkapkan fakta yang lebih lengkap pula, memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang illegal logging. Wawancara dapat dilakukan dengan pemangku adat,
polisi hutan, masyarakat di sekitar hutan, juga penguasa di tingkat kelurahan, kecamatan,
kabupaten, gubernur, Kapolri sampai pelaku.
Dengan demikian berita yang disajikan merupakan perpaduan antara fakta (facs
news) dan opini atau pendapat atau omongan (talk news). Untuk menggali keterangan
atau informasi atau keterangan dari seseorang, wawancara yang diperlukan tidak sekadar
sambil lalu, tetapi memerlukan kekhususan. Dalam dunia jurnalistik wawancara khusus
opini mempunyai nilai tambah, lebih-lebih kalau yang menjadi sumber wawancara
memiliki nama atau keistimewaan dan opini yang dikemukakan merupakan suatu yang
sama sekali baru dan belum pernah dikemukakaan kepada media lain.
B. Persiapan Wawancara
Untuk melakukan wawancara memerlukan persiapan dengan langkah-langklah sebagai
berikut:
Pertama, sebelum melakukan wawancara harus menguasai persoalan yang akan
dipercakapkan, kalau perlu membuat daftar pertanyaan dari yang bersifat umum sampai
detail.
Kedua, tahapan berikutnya menentukan arah permalahan yang digali dengan
dilengkapi berbagai berita berkaitan dengan bahan yang akan dijadikan bahan
wawancara.
Ketiga, setelah menentukan permasalahan, menetapkan siapa-siapa saja yang
akan menjadi nara sumber untuk diwawancarai. Dalam hal ini harus jelas kriterianya
mengapa dalam masalah ini harus mewawancarai nara sumber tersebut.
Keempat, mengenali sifat-sifatnya yang akan menjadi nara sumber sebelum
terjadi wawancara. Untuk mengenali lebih dekat nara sumber, bertanya kepada oranglain
yang tahu atau dekat dengan nara sumber, atau membaca tulisan dan riwayat hidup
termasuk hobi, keluarganya, dan kesukaan lainnya.
Kelima, sebelum bertatap muka membuat janji dulu sebelum melakukan
wawancara, untuk meminta dan m,enentukan kapan waktu yang luang dan tepat tepat
untuk melakukan wawancara, karena biasanya sumber berita person yang sibuk, sehingga
pengaturan waktu cukup ketat.
Keenam, yang tak kalah pentingnya persiapan mental untuk mengadakan
wawancara, karena masing-masing pribadi punya karakter yang berbeda, sehingga
diperlukan membaca karakter calon nara sumber. Persiapan lainnya, peralatan yang
diperlukan antara lain, bloknote, ballpoint, tape recorder atau kamera kalau memang
diperlukan. Dianjurkan untuk berpakaian rapi dan menghindari penampilan yang kurang
sopan.
Persiapan-persiapan tersebut penting untuk mendapat perhatian, karena jangan
sampai mempermalukan diri sendiri, lebih-lebih lembaga yang menjadi induk dari
kegiatan wawancara ini. Dengan persiapan yang matang insya Allah mampu menggali
sumber berita atau informasi yang diperlukan untuk mengembangkan berita dan sekali
lagi sebelum bertemu dengan nara sumber cek ulang peralatan jurnalistik.
Untuk mendapatkan hasil yang baik maka harus mampu menemukan orang yang,
sesuai dengan bidang dan keahlian, atau bisa juga karena hobi terkait dengan
permasalahan yang akan menjadi topik wawancara. Misalnya, soal kerusakan lingkungan
tentunya wawancara di arahkan kepada orang-orang menguasai masalah tersebut,
sehingga pembicaraan ‘nyambung’.
Kalau sudah ada janji mau wawancara dan waktu sudah ditentukan maka sudah
selayaknya menepati waktu yang sudah disepakati bersama. Namun wawancara itu bisa
dilakukan di manadan kapan saja, asal sama-sama dalam kondisi yang memang sifatnya
serba mendadak, tetapi penguasan masalah tetap harus dipegang, supaya informasi yang
didapatkan sesuai dan memberi nilai tambah pada berita yang diharapkan.
Wawancara bisa dilaksanakan di mana saja, seperti di depan pintu, ketika nara
sumber sedang masuk mobil asal nara sumber memberi kesempatan seperti itu. Namun
itu diperlukan persiapan matang dari wartawan yang bersangkutan, terutama pengenalan
lebih dulu pewancara dengan nara sumber.
C. Pelaksanaan Wawacara
Tiba saatnya wawancara yang perlu mendapat perhatian hal-hal sebagai berikut:
Menjaga Suasana
Ini sangat penting dalam pelaksanaan wawancara dibuat lebih rileks, sehingga
berjalan dengan santai tidak terlalu formal meskipun membahas masalah yang serius.
Untuk menciptakan suasana yang nyaman dan baik memerlkan waktu, karena itu sebelum
memasuki materi yang akan dipercakapkan lebih enak kalau dibuka dengan hal-hal yang
umum. Misalnya, soal keadaan nara sumber baik itu masalah kesehatan, hobi dan
sebagainya yang mungkin menyetuh hati.
Meski sifat basa-basi ini diperlukan untuk menarik simpati supaya nara sumber
sehibngga tidak terlalu pelit dengan pernyataan atau pendapat baru. Kecuali kalau
pewawancara sudah sangat dekat basa-basi itu bisa dikurangi, lebih-lebih kalau memang
waktu untuk wawancara sangat terbatas, pewawancara harus tanggap. Itupun juga kita
dibicarakan sebelum melangsungkan wawancara.
Dalam menjaga suasana ini sudah selayaknya dilakukan, antara lain jangan
membuat nara sumber marah atau tersinggung, sehingga percakapan langsung diputus.
Jangan marah-marah atau memojokkan nara sumber.
Bersikap Wajar
Dalam wawancara seringkali berhadapan dengan nara sumber yang benar-benar
pakar, tetapi tidak jarang yang dihadapi tidak menguasai persoalan. Namun demikian
tidak perlu rendah diri atau merasa lebih tinggi dari nara sumber, seharusnya bisa
mengimbangi atau mengangkatnya. Pewawancara juga harus bisa mencegah supaya nara
sumber tidak berceramah, karena itu persiapan menghadapi berbagai karakter ini sangat
diperlukan.
Karena itu dalam persiapan wawancara ini diperlukan,menguasai materi, selain
menguasai nara sumber dan pandai-pandai membawakan diri agar tidak direndahkan.
Apabila menghadapi nara sumber yang tidak menguasai masalah bisa mengarahkan tetapi
tanpa harus menggurui, sehingga bisa memahami persoalan yang akan digali.
MemeliharaSituasi
Secara sadar sering terbawa emosi, sehingga lupa sedang menghadapi nara
sumber, karena itu dalam wawancara harus pandai-pandai memelihara situasi supaya
mendapat informasi yang dibutuhkan dan jangan sampai terjebak ke dalam situasi
perdebatan dengan nara sumber yang diwawancarai. Juga perlu dihindari situasi diskusi
yang berkepanjangan atau bertindak berlebihan sampai menjurus ke arah interograsi
apalagi menghakimi.
Misalnya, wawancara dengan seorang direktur rumah sakit terkait dengan kasus
flu burung, karena etika kedokteran, sehingga harus dijaga dirahasiakan. Namun
pewawancara memaksakan kehendak, sehingga menimbulkan ketegangan dan
menghakimi direktur tersebut, bukan mendapat informasi malah tidak mendapatkan
informasi yang dibutuhkan. Dalam menghadapi kasus seperti itu pewawancara harus
mampu mencari celah untuk kembali pada situasi, agar mendapatkan informasi yang
lebih jelas.
Tangkas Menarik Kesimpulan
Pada saat wawancara berlangsung dituntut untuk secara setia mengikuti setiap
jawaban yang diberikan nara sumber untuk menarik kesimpulan dengan tangkas. Dengan
kesimpulan yang tepat wawancara terus bisa dilanjutkan secara lancer. Kesalahan yang
sering dilakukan wartawan pada saat mengambil kesimpulan kurang tangkas, sehingga
nara sumber harus mengulang kembali apa yang telah disampaikan.
Kalau itu terjadi berulangkali maka akan membuat nara sumber bosan, sehingga
wawancara tidak berkembang, membuat pintu informasi menjadi tertutup. Akibat yang
paling parah kehilangan sumber berita, karena nara sumber takut salah kutip. Bagi nara
sumber yang teliti dan kritis, satu persatu kalimat akan menjadi pengamatan. Salah kutip
ini harus dihindari dalam setiap wawancara, Jangan takut minta pernyataan diulang atau
bahkan ada kata yang kurang jelas seperti ucapan bahasa Inggris harus selalu dicek
kebenaran arti dan ejaannya.
Menjaga Pokok Persoalan
Menjaga pokok persoalan sangat penting dalam setiap wawancara agar dalam
menggali informasi mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dan hasil yang
memuaskan. Seringkali dalam menjaga pokok persoalan ini diliputi perasaan rikuh kalau
kebetulan ayng diwawancari pejabat atau mempunyai otoritas dalam hal tertentu.
Serngkali untuk menjaga situasi ini ada anjuran pewawancara mengikuti apa yang
dikatakan nara sumber.
Meski harus mengikuti pembicaraan nara sumber diharapkan tidak lari dari pokok
persoalan bahkan berusaha mempertajam pokok masalah, agar tetap mendapatkan
informasi yang dibutuhkan. Contohnya, untuk mendapat gambaran yang lebih jelas
tentang kerusakan lingkungan, pada awalnya memang bercerita tentang lingkungan tetapi
di tengah-tengah pembicaraan membelok ke arah lain dan menyimpang dari pokok
persoalan. Kalau sudah demikian maka yang dilakukan segera mengembalikan inti
persoalan.
Kritis
Sikap kritis perlu dikembangkan dalam wawancara agar mendapat informasi yang
lebih terinci dan selengkap-lengkapnya. Untuk itu diperlukan kejelian dalam menangkap
persoalan yang berkaitan dengan pokok pembicaraan yang sedang dikembangkan. Jeli
dan kritis merupakan kaitan dengan kemampuan menangkap setiap kata dan kalimat
yang disampaikan oleh nara sumber.
Kekritisan tersebut tidak hanya menyangkut pokok persoalan, tetapi juga
menangkap gerakan-gerakan yang diwawancarai. Berkait dengan pokok persoalan kalau
kritis menangkapnya maka bisa meluruskan data bila nara sumber salah
mengungkapkannya. Baik itu tentang angka, tempat kejadian dan sebagainya. Ini penting
sebagai bahan untuk menuliskan laporan, sehingga benar-benar utuh dan penuh warna.
Kalau perlu ketika nara sumber sedang memberikan keterangan dalam keadaan
gelisah, terus menerus mengepulkan asap rokok dan sebagainya, hal ini harus ditangkap
sebagai isyarat yang bisa dituangkan dalam tulisan. Dengan demikian pembaca
mendapat gambaran utuh dan laporan tidak kering.
Sopan Santun
Dalam wawancara sopan santun perlu dijaga, karena ini menyangkut etikat
pergaulan di dalam masyarakat yang harus mendapat perhatian dan dipegang teguh.
Dalam menghadapi nara sumber kendali sudah mengkenal betul, tidak bisa bersikap
sembarangan, sombong atau perilaku yang tidak simpatik lainnya. Bila akan merokok,
sementara nara sumber tidak merokok harus minta izin. Apalagi kalau ruangan tempat
wawancara ber-AC maka sopan santun perlu dijaga.
Di awal maupun di akhir wawancara jangan lupa mengucapkan rasa terima kasih
kepada nara sumber,. Karena telah memberikan kesempatan dan mendapatkan informasi
dari hasil wawancara. Pada akhir wawancara pesan kepada nara sumber untuk tidak
keberatan dihubungi bila ada data yang diperlukan ternyata masih kurang.
Hal-hal praktis yang perlu mendapat perhatian dalam mengadakan wawancara
berkaitan dengan sopan santun:
Tidak perlu gusar bila nara sumber yang menjadi target wawancara menolak
dengan alasan sibuk. Mencoba dan mencoba lagi, agar diberi waktu untuk wawancara
merupakan suatu upaya, sampai mendapat kesempatan untuk membuat perjanjian waktu.
Untuk mendapat perjanjian bisa melalui telepon atau mendatangi langsung kantor
atau rumahnya.
Dihindari datang terlambat pada saat akan melakukan wawancara dan lebih baik
datang lebih awal.
Jangan sampai salah mengeja nama orang yang diwawancarai dan lebih baik
minta kartu nama atau paling tidak ketika nama nara sumber itu sulit dieja diminta
dengan hormat untuk menuliskan di bloknote yang digunakan untuk mencatat hasil
wawancara.
Cek kembali peralatan tulis apakah sudah lengkap, karena kalau sampai ada
peralatan tidak terbawa bisa membuat suasana awal dari wawancara menjadi kurang
berkesan.
Sebutkan alasan melakukan wawancara dengan tempat kerja, sehingga nara
sumber yang diwawancarai mengerti benar maksud wawancara.
Tidak perlu menjanjikan kepada nara sumber hasil wawancara pasti dimuat,
namun bisa meberikan keyakinan kegunaan dari hasil wawancara tersebut.
Penulisan Wawancara
Hasil wawancara bisa dituangkan dalam beberapa bentuk penulisan sesuai dengan
tujuan wawancara yang telah dilakukan. Bila hasil wawancara akan digabungkan dengan
hasil wawancara yang lain, cara menuliskannya akan lain dengan bentuk penulisan yang
didasarkan pada satu wawancara. Hasil wawancara dapat dipergunakan untuk bahan
penulisan berita atau straight news, laporan atau tulisan khusus wawancara.
Diposting oleh guru basindomd di 23.08 0 komentar
Rabu, 08 Oktober 2008
Kalimat
- Pengertian
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis harus memiliki S dan P (Srifin dan Tasai, 2002: 58).
Panjang atau pendek, kalimat hanya dan harus terdiri atas subjek dan predikat. Kalimat pendek menjadi panjang atau berkembang karena diberi tambahan-tambahan atau keterangan-keterangan pada subjek, pada predikat, atau pada keduanya (Wijayamartaya, 1991: 9).
Pendapat laing mengatakan, kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik dan turun (Ramlan, 1981:6).
Menurut Kridalaksana, kalimat adalah suatu bahasa yang secara relative berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan baik secara actual maupun potensial terdiri dari klausa (Kridalaksan dkk, 1984:224).
Satu bagian nujaran yang didahului dan diikuti kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap, adalah kalimat (Keraf, 1978: 156).
kalimat adalah satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai (lengkap).
- Macam-macam Kalimat
(1) jumlah dan kenis klausa yang terdapat di dalamnya,
(2) jenis response yang diharapkan,
(3) sifat hubungan actor_aksi,
(4) ada tidaknya unsure negative pada kalimat utama.
Berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat dibedakan atas kalimat minor dan kalimat mayor.
Kalimat minor adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa terikat atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa. Kalimat minor dibedakan atas:
Kalimat minor berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai lanjutan, pelengkap, atau penyempurna kalimat utuh atau klausa lain yang terdahulu dalam wacana (Samsuri, 1985:278).
Berdasarkan sumber penurunnya, kalimat minor berstruktur dibedakan atas:
Kalimat elips, yaitu kalimat minor yang terjadi karena pelepasan beberapa bagian dari klausa kalimat tunggal.
Contoh:
Terserah saja. (Penyelesainnya terserah kamu saja)
(Ada yang kau bawa itu?) Lukisan.
Kalimat sampingan, yaitu kalimat minor yang terjadi penurunan klausa terikat dari kalimat majemuk subordinat.
Contoh :
Meskipun hujan. (Dia tetap datang)
Kalimat urutan, yaitu kalimat mayor, tetapi didahului oleh konjungsi, sehingga menyatakan bahwa kalimat tersebut merupakan bagian kalimat lain. (Samsuru, 1985:263)
Contoh :
Karena itu, harga minyak naik.
Kalimat minor tak berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai akibat pengisian wacana yang ditentukan oleh situasi, dibedakan atas:
Panggilan.
Contoh :
Bakso!
Seruan, biasanya terdiri dari kata yang menyatakan ungkapan perasaan.
Contoh :
Halo!
Judul, merupakan suatu ungkapan topic atau gagasan.
Contoh :
Dampak negative penayangan TV.
Semboyan, yaitu uangkapan ide secara tegas, tepat dan tanpa hiasan bahasa atau kelengkapan sebuah klausa.
Contoh :
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Salam
Contoh :
Selamat pagi!
Inskripsi, yaitu kalimat minor tak berstruktur yang berisi penghormatan atau persembahan pada awal sebuah karya (buku, lukisan dsb.).
Contoh :
Untuk para pengikrar Sumpah Pemuda 1928.
Kalimat mayor adalah kalimat yang terdiri atas sekurang-kurangnya satu klausa bebas. Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, pembentuk yang inti saja. Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, terdapat unsure pembentuk yang inti saja, berdasarkan jumlah klausa yang terdapat didalamnya, kalimat mayor dapat dibedakan atas:
Kalimat majemuk subordinatif, yaitu kalimat majemuk yang salah satu klausanya menduduki : (a) salah satu fungsi sintaksis dari klausa yang lain
(b) atribut dari salah satu fungsi sintaksis klausa yang lain.
Contoh :
Yang berkaca mata hitam itu teman saya.
Orang itu badannya sangat gemuk.
Polisi telah mengatakan bahwa kabar itu bohong.
Kalimat majemuk koordinat, yaitu kalimat majemuk yang klausa-klausanya tidak menduduki fungsi sintaksis dari klausa lain (Samsuri, 1985:316).
Contoh :
Semalam suntuk saya tidur di kursi, dan orang-orang itu bermain kartu.
Mula-mula dinyalakannya api, lalu ditaruhnya cerek diatasnya.
Dalam perang, kita harus berani membunuh lawan, kalau tidak kita sendiri yang dibunuh.
Kalimat majemuk rapatan, yaitu kalimat majemuk koordinatif yang klausa-klausanya mempunyai kesamaan-kesamaan, baik kesamaan subjek, predikat objek, maupun keterangan.
Contoh :
Rumah itu baru saja diperbaiki, tetapi sekarang sudah rusak.
Saya mengerjakana bagian depan, adik bagian belakang.
Dengan susah payah orang tuaku membangun rumah ini, tetapi saya tinggal menempati saja.
Berdasarkan response yang diharapkan, kalimat dibedakan atas :
Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa mengharapkan response tertentu. Ciri untuk mengenal kalimat pernyataan ini yaitu melalui pola intonasinya yang bernada akhir turun (dalam bahasa lisan) dan tanda titik (.) seperti ayo, mari; kata-kata persilahkan, seperti silahkan, dipersilahkan; dan kata larangan (jangan) (Ramlan, 1981:10).
Contoh :
Cita-cita anak itu sangat mulia.
Saya tidak membawa uang sama sekali.
Menurut teori Darwin, manusia merupakan keteturunan kera.
Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing response yang berupa jawaban. Kalimat pertanyaan dapat dikenal dari pola intonasinya yang bernada akhir naik serta nada terakhir dan pola intonasi kalimat pertanyaan. Nada akhir kalimat pertanyaan ditandai dengan tanda Tanya (?) dalam bahasa tulisan.
Contoh :
Kakak sudah menikah?
Mengapa anak itu tidak tidur?
Siapa pemilik rumah itu?
Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang berupa tindakan (Samsuri, 1985:276-278). Kalimat perintah ditandai dengan tanda seru (!). tetapi penggunaan seru ini biasanya tidak dipakai kalau sifat perintah itu menjadi lemah, demikian juga predikatnya diikuti oleh partikel-lah. Kalimat perintah dapat bersifat negative. Untuk menegatifkan kalimat perintah, digunakan kata jangan yang biasanya ditempatkan pada bagian awal kalimat. Kaliamat perintah yang besifat negative beubah menjadi larangan.
Contoh :
Masuklah!
Marilah kita belajar bersama-sama!
Jangan membuang sampah di sembarang tempat!
Berdasarkan hubungan actor-aksi, kalimat dapat dibedakan atas :
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku actor. Subjek kalimat aktif berperan sebagai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. Predikat kalimat aktif tediri atas verba transitif dan verba intransitive. Afiks yang digunakan dalam pembentukan kata yang berfungsi sebagai perdikat kalimat aktif ialah meN- dan ber- yang dapat dikombinasikan dengan –I atau –kan.
Contoh :
Anak itu memetik bunga di taman.
Ayah membelikan kakak baju baru.
Pembantu itu sedang menyapu halaman.
Kalimat pasif adalah kalimat yanmhg subjeknya berperan sebagai penderita. Subjek dalam kalimat pasif berperan sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat kalimat tersebut.
Predikat kalimat pasif terdiri atas verba verba yang berpredikat di- yang dapat bekombinasi dengan sufiks –i dan –kan, beprefiks ter-, berkonfiks ke-an, dan verba yang didahului oleh pronominal persona (Samsuri, 1985:434)
Contoh :
Badannya dilumuri minyak.
Kita apakan barang-barang ini?
Tidak terlihat olehku benda yang kau tujukan itu.
Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku maupun sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat tersebut.
Contoh :
Jangan menyiksa diri sendiri.
Wanita itu berhias di depan cermin.
Kalimat respirokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu pebuatan yang berbalas-balasan. Verba yang berfungsi sebagai predikat pada kalimat respirokal adalah verba yang beprefiks me- yang didahului oleh kata dasarnya, verba berulang yang berkombinasi dengan konfiks ber-kan, verba dasar yang diikuti oleh kata baku, dan saling yang diikuti oleh veba yang berprefiks me- atau me-i/kan (Samsuri, 1985:198).
Contoh :
Kedua Negara itu tuduh-menuduh tentang pelanggaran perbatasan.
Dua bersaudara itu saling mencintai dan saling menyayangi.
Pemuda-pemuda tanggung itu berbaku hantam d tanah lapang.
Bedasarkan ada tidaknya unsure negative pada klausa utama, kalimat dibedakan atas :
Kalimat firmatif, yaitu kalimat yang berpredikat utamanya tidak tedapat unsure negative, peniadaan, atau penyangkalan.
Contoh :
Petani itu membajak sawah.
Di Surabaya diresmikan patung Jendral Sudirman.
Kami mendengar kabar bahwa pemberontakan di Iran sudah berakhir.
Kalimat negative, yaitu kalimat yang predikat utamanya terdapat unsure negative, peniadaan, atau penyangkalan, seperti tidak, tiada (tak), bukan, jangan. Unsure negative tidak dipakai di depan verba, adjektiva, adverbial, dan frase preposisi yang berfungsi sebagai keterangan. Unsure negatif bukan pada umumnya dipakai di depan nomina/frase nomina dan pronominal/frase pronominal. Unsure negative jangan digunakan untuk menegatifkan kalimat printah (samsuri, 1985:250)
Contoh :
Sedikitpun aku tidak ingin berbuat jahat.
Bukan buku itu yang saya cari.
Jangan kau biarkan adikmu bergaul dengan dia.
Diposting oleh guru basindomd di 21.52 0 komentar
soal Blok 1 2008 (Kelas X)
1. Terumbu karang sangat bermanfaat bagi keseimbangan habitat laut. Selain itu, taman terumbu karang juga bisa menjadi objek wisata karena keindahannya di pantai-pantai Indonesia
Dilihat dari tujuannya, paragraph di atas termasuk paragraf…
a. Eksposisi
b. Argumentasi
c. Deskripsi
d. Narasi
e. Persuasi
2. Karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan pengarang atau penulis disebut paragraf..
a. Eksposisi
b. Persuasi
c. Deskripsi
d. Narasi
e. Argumentasi
3. Media komunikasi yang berupa buku popular, majalah, surat kabar, film di gedung bioskop, kaset video, televisi, radio, dan CB, termasuk dalam lingkungan sosial masyarakat sekitarnya yang berupa teknologi komunikasi yang ikut membentuk perilaku remaja. Pesan yang serupa isi dan cara penyampaian pesan dapat mempengaruhi perilaku remaja. Biasanya, isi dan cara yang negative lebih cepat diserap dan diadopsi oleh remaja. Sebaliknya, isi dan cara yang positif lebih sulit diserap dan diadopsi oleh remaja. Sebaliknya, isi dan cara yang positif lebih sulit diserap, memang sesuatu yang bersifat “penyakit” lebih mudah menular, sedangkan sesuatu yang bersifat “pengobatan” lebih sulit didifusikan.
Gagasan inti dalami paragraf berita tersebut adalah…
a. Media komunikasi sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja
b. Penyakit menular lebih mudah menyebar
c. Segala yang bersifat pengobatan sulit didifusikan
d. Pengaruh negatif media komunikasi lebih mudah diserap oleh para remaja dibandingkan dengan pengaruh positif
e. Perilaku remaja lebih banyak menyimpang
4. Pertanian lahan kering selalu dihadapkan pada kesulitan untuk memanfaatkan air sehemat mungkin. Beberapa cara pemberian air dengan tujuan mempertinggi keefektifan irigasi telah banyak dilakukan, diantaranya adalah sistem irigasi tetes (SIT) dan system irigasi curah (SIC). Kedua system ini terbukti cukup efektif, namun harus dibarengi dengan biaya investasi , biaya operasi, pemeliharaan yang cukup tinggi, dan kualitas air yang cukup bagus. Kendala itu sangat merepotkan bagi para petani karena sebagian besar komponennya masih harus didatangkan dari luar negeri. Oleh karena itu, Budi Indra setiawan, mahasiswa Teknik Pertanian,IPB dalam penelitiannya yang berjudul “Sistem Irigasi Kendi” mencoba memecahkannya.
Kutipan paragraph tersebut dilihat dari tujuan penulisan berjenis…
a. Eksposisi
b. Deskripsi
c. Argumentasi
d. Narasi
e. Persuasi
5. Langit yang kuning muda bersisik putih, diantaranya terjalin warna sepuhan emas perada. Dari balik garis hijau kebiruan naik memancar warna merah menyalayang makin ke atas hilang melayang warnanya….
Penggalan paragarf di atas dilihat dari tujuan penulisan berjenis…
a. Deskripsi sugestif
b. Deskripsi ekspositoris
c. Narasi sugestif
d. Narasi ekspositoris
e. Figurative
6. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan. Sesuai dengaan fungsinya yaitu memberi pelayanan kesehatan bagi masyarakat, rumah sakit harus memiliki persyaratan sebagai rumah sakit yang baik dan
sehat. Citra kesehatan pada sebuah bangunan rumah sakit harus diutamakan.
Kalimat utama paragraf di atas terletak pada…
a. awal paragraf
b. tengah paragraf
c. akhir paragraf
d. awal dan akhir
e. seluruh paragraf
7. Bentuk karangan argumentasi dan eksposisi mempunyai persamaan-persamaan sebagai berikut, kecuali….
a. sumber ide diperoleh dari pengalaman , pengamatan, penelitian dan keyakinan
b. keduanya memerlukan analisis dan sintesis pada saat mengolahnya
c. memerlukan fakta-fakta yang dapat diperkuat dengan angka data, statistik, gambar ilustrasi, dan sebagainya
d. bertujuan mempengaruhi pembaca agar mengikuti arahan atau menyetujui pendapat, gagasan dan keyakinan yang diajukan penulis
e. menjelaskan pendapat, gagasan dan suatu keyakinan
8. Industrialisasi di negara kita mendorong didirikanya berbagai macam pabrik yang memproduksi beraneka barang. Pabrik-pabrik itu memberikan lapangan kerja kepada ribuan tenaga kerja baik yang berasal dari masyarakat sekitar pabrik maupun dari daerah-daerah lain. Dengan demikian, adanya berbagai macam pabrik akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Disamping itu beraneka barang yang diproduksi oleh pabrik-pabrik tersebut dapat menigkatkan ekspor non migas serta menghasilkan devisa. Pada akhirnya dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat berarti meningkat pula daya beli masyarakat. Peningkatan daya beli tersebut merupakan aset yang besar bagi industrialisasi di negara ini.
Opini penulis pada artikel di atas mengatakan bahwa..
a. pabrik dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan ekspor nomigas
b. kita bisa meningkatkan ekspor nonmigas dan gas dengan didirikannya pabrik-pabrik
c. kesejahteraan manusia di tunjang oleh ekspor nonmigas dari barang yang diproduksi oleh pabrik
d. pembangunan pabrik memberikan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
e. negara kita masih perlu mendirikan pabrik untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
9. Paragraf pada soal no 8 termasuk jenis paragraf…
a. persuasi
b. argumentasi
c. narasi
d. eksposisi
e. deskripsi
10. Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan dalam menganalisis sebuah cerita pendek, kecuali…
a. persoalan hidup yang di hadapi pengarang
b. peristiwa-peristiwa yang dikembangkan untuk menjelaskan pokok persoalantersebut; unsur ini akan membangun alur atau jalan cerita
c. tokoh-tokoh yang menghadapi persoalan beserta watak atau karakteristiknya
d. setting cerita (tempat,waktu,suasana)
e. perumusan tema dan atau amanat berdasarkan setting, tokoh dan perwatakannya, plot, dan karakter sang tokoh serta pokok persoalan yang diangkat dalam cerita tersebut.
11. “ Esok harinya sehabis sembahyang asar, aku sudah mendayung lagi ke Kebon Mangga Hatiku penuh harapan dan kesanggupan.”
Kutipan di atas menunjukkan setting…
a. waktu dan suasana
b. ruang dan suasana
c. waktu dan ruang
d. suasana dan waktu
e. kebudayaan dan waktu
12. Berikut yang tergolong dalam unsur ekstrinsik karya sastra…
a. alur yang dituturkan secara kronologis atau alur maju
b. alur yang susunan peristiwa-peristiwa tidak berurutan
c. latar yang menyangkut tempat kejadian suatu peristiwa
d. latar belakang pengarang yang berpengaruh pada ciptaanya
e. tokoh protagonis yang membawa tema sentral dalam cerpen
13. “ Pintu kamar yang menutup tempat tidur ibu mertuanya sudah terbuka, lalu ibu hanafi menuju tempat tidur Rapiah. “ semalam engkau tidak tidur pula, piah. Dari subuh engkau sudah di muka jendela. Angin pagi yang masuk itu berbahaya bagimu dan bagi anakmu,”
“ tadi malam benarlah akutidak tidur pula, Bu, sebab Syafri amat resah. Tapi ibupun tidak tidur pula, karena jika tidur tentu ibu tidak mengetahui keadaan saya,”
Unsur intrinsik yang menonjol pada pengalan cerpen di atas….
a. tema
b. amanat
c. latar
d. alur
e. perwatakan
14. Untuk menulis sebuah karangan tentang situasi arus mudik di terminal, kita gunakan jenis karangan….
a. narasi
b. argumentasi
c. persuasi
d. deskripsi
e. eksposisi
15. Tiga hari kemudian, raden Bandung Bondowoso datang lagi ke dalam puri Roro Jonggrang berusaha keras dengan perkataan lemah lembut agar Raden Bandung Bondowoso bersedia menerima Roro Nawangsih sebagai pasangan yang sesuai dan seimbang. Akan tetapi Raden Bandung Bondowoso tetap menolak.
“ Jonggrang, Nawangsih mungkin memeng serasi dan seimbang denganku. Akan tetapi ia tidak selaras dengan pilihan hatiku. Dan engkau Jonggrang tidak mungkin memaksakan kemauan itu. Sebaliknya aku dapat memaksamu.”
Nilai yang terkandung dalam petikan cerita di atas adalah…
a. Sebaiknya seorang ibu harus mau berkorban demi anaknya
b. Berkatalah dengan lembut-lembut agar yang kita inginkan dapat tercapai
c. Jangan memaksakan kehendak kepada orang lain
d. Pasangan yang baik adalah yang serasi dan seimbang
e. Kita harus perpegang teguh pada pilihan hati
16. Pernyataan singkat yang mengungkap tanggapan terhadap realita yang letaknya di awal pembicaraan adalah…
a. Teras pembicaraan
b. Teras berita
c. Pendirian
d. Kesimpulan
e. dukungan
17. Berbicara dengan pola adalah berbicara secara mendalam, artinya….
a. Sesuai dengan topik
b. Tidak melantur
c. Direncanakan dengan matang
d. Jelas dan terperinci
e. Sesuai dengan kenyataan
18. Pemerintah akan menukar obligasi rekapitulasi perbankan dengan asset yang dikelola Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) senilai 70 triliun. Ini dilakukan untuk megurangi beban APBN, khususnya pembayaran bunga oblogasikepada bank-bank yang direkap yang pada tahun ini mencapai 50 triliun
Sumber: Republika,28 Mei 2001
Informasi yang terdapat dalam berita tersebuat adalah :…
a. Pembayaran bunga obligasi direkap tahun ini
b. Pemerintah akan menukar obligasi rekapitulasi perbankan .
c. Aset oblogasi dikelola Badan Penyehatan Perbakan Nasional
d. Penukaran obligasi itu untuk mengurangi beban APBN
e. Penukaran oblogasi BPPN senilai 70 triliun
19. Jakarta siap saja dilanda banjir. Upaya mengeruk dan membersihkan sungai bagai berkejaran dengan keteledoran masyarakat membuang sampah. Banjir masih mengintai. Langit Jakarta mulai hitam kelam. Ya, oleh asap knalpot, ya, oleh awan hujan. Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika mengatakan bahwa curah hujan di Jakarta akan mencapai puncak kira-kira bulan Januari dan Februari. Warga mesti siap menerima luapan air. Berdasarkan catatan kantor Ketentraman dan Ketertiban DKI Jakarta, terdapat 180 titik rawan banjir yang tersebar di Jakarta. Di wilayah Jakarta Utara masih masih menjadi daerah paling rawan, setidaknya ada 28 titik.
Bentuk tanggapan yang bersifat positif dari informasi di atas adalah….
a. Informasi dari BMG sangat penting bagi warga Jakarta untuk mengetahui masa-masa rawan banjir sehingga mereka siap menghadapinya dan berupaya mencegah akibat yang lebih parah.
b. Memang kenyataan yang paling sulit diatasi adalah upaya membersihkan dan mengeruk sungai karena masya-rakat Jakarta masih banyak yang kurang memperhatikan lingkungan. Mereka seenaknya saja membuang sampah ke sungai.
c. Langit di Jakarta memang sudah parah keadaannya akibat polusi yang kian hari kian melampaui ambang batas.
d. Daerah rawan banjir yang paling parah adalah Jakarta Utara karena daerah itu dekat pantai dan muara-nuara sungai, wilayah itu berda di dataran rendah.
e. Warga Jakarta harus siap dilanda banjir karena banyak sungai yang alirannya terhambat sehingga tidak dapat menampung debit air yang meluap sekitar bulan Januari dan Februari.
Isian
1. Berbicara dengan pola adalah berbicara secara sadar maksudnya……
2. Bahasa figuratif dalam deskripsi sugestif adalah……
3. Karya sastra yang bermutu/bernilai tinggi adalah karya sastra….
Diposting oleh guru basindomd di 21.42 0 komentar
Label: Soal
FRASA (Kelas X)
Pengertian Frasa
Banyak sering memeprmasalahkan antara frasa dengan kata, ada yang membedakannya dan ada juga yang mengatakan bahwa keduanya itu sama. Seperti yang telah dipelajari dalam morfologi bahwa kata adalah adalah satuan gramatis yang masih bisa dibagi menjadi bagian yang lebih kecil.
Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan (Keraf, 1984:138). Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1991:222). Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.
Contoh:
gedung sekolah itu
yang akan pergi
sedang membaca
sakitnya bukan main
besok lusa
di depan.
Jika contoh itu ditaruh dalam kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan saja.
Gedung sekolah itu(S) luas(P).
Dia(S) yang akan pergi(P) besok(Ket).
Bapak(S) sedang membaca(P) koran sore(O).
Pukulan Budi(S) sakitnya bukan main(P).
Besok lusa(Ket) aku(S) kembali(P).
Bu guru(S) berdiri(P) di depan(Ket).
Jadi, walau terdiri dari dua kata atau lebih tetap tidak melebihi batas fungsi. Pendapat lain mengatakan bahwa frasa adalah satuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat.
Contoh:
Mereka(S) sering terlambat(P).
Mereka(S) terlambat(P).
Ket: ( _ ) frasa.
Pada kalimat pertama kata ‘mereka’ yang terdiri dari satu kata adalah frasa. Sedangkan pada kedua kata berikutnya hanya kata ‘sering’ saja yang termasuk frasa karena pada jabatan itu terdiri dari sua kata dan kata ‘sering sebagai pemadunya. Pada kalimat kedua, kedua katanya adalah frasa karena hanya terdiri dari satu kata pada tiap jabatannya.
Dari kedua pendapat tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa frasa bisa terdiri dari satu kata atau lebih selama itu tidak melampaui batas fungsi atau jabatannya yang berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan. Jumlah frasa yang terdapat dalam sebuah kalimat bergantung pada jumlah fungsi yang terdapat pada kalimat itu juga.
Sebelum mengenal lebih jauh tentang frasa, alangkah lebih baiknya jika mengenal tentang fungsi-fungsi sintaksisi, karena fungsi-fungsi itula yang disebut frasa. Fungsi sintaksisi ada lima, yaitu Subjek(S), Predikat(P), Objek(O), Pelengkap(Pel), dan Keterangan(Ket). Dari kelima fungsi tersebut hanya karakteristik dari Keterangan saja yang tidak mempunyai lawan.
Subjek dan Predikat.
Bagian yang diterangkan predikat. Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain’.
Contoh:
Sedang belajar(P) mereka itu(S).
Fungsi tersebut bisa dibuktikan dengan pertanyaan ‘Siapa yang sedang belajar? Jawabannya ‘mereka itu’.
Berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina. Sedangkan predikat bisa berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, atau pun preposisi.
Jika diubah menjadi kalimat tanya, subjek tidak dapat diberi partikel –kah. Predikat dapat diberi partikel –kal.
Contoh:
Merka itu(S) sedang belajar(P).
Sedang belajarkah mereka itu?
Merekakah sedang belajar? (salah)
Objek dan Pelengkap.
Objek berupa frasa nomina atau pengganti frasa nomina, sedangkan pelengkap berupa frasa nomina, verba, adjektiva, numeralia, preposisi, dan pengganti nomina.
Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif(memerlukan objek) atau semi-transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif(tidak memerlukan objek).
Objek dapat diubah menjadi subjek dan pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek.
Contoh:
Transitif(memerlukan objek)
Orang itu(S) menjual(P). (Salah)
Orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O)
Semi-transitif (bisa atau tidak perlu objek)
Orang itu(S) minum(P).
Orang itu(S) minum(P) es kelapa muda(O).
Es kelapa muda(S) diminum(P) orang itu(O).
Intransitif(tidak memerlukan objek).
Tidak lengkap. Orang itu(S) mandi(P).
Semi-lengkap.
Orang itu(S) berjualan(P).
Orang itu(S) berjualan(P) es kelapa muda(Pel).
Lengkap.
Organisasi itu(S) berlandaskan(P). (salah)
Organisasi itu(S) berlandaskan(P) kegotongroyongan(Pel).
Keterangan.
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap.
Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.
Mudah dipindah-pindah, kecuali diletakkan diantara predikat dan objek atau predikat dan pelengkap.
Contoh:
Dulu(Ket) orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O) di jalan surabaya(Ket).
Jenis Frasa
Jenis frasa dibagi menjadi dua, yaitu berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya) dan berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya.
Berdasarkan Persamaan Distribusi dengan Unsurnya (Pemadunya).
Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya, frasa dibagi menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.
Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.
Contoh:
Sejumlah mahasiswa(S) diteras(P).
Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa endosentris.
Frasa endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.
Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh:
rumah pekarangan
suami istri dua tiga (hari)
ayah ibu
pembinaan dan pembangunan
pembangunan dan pembaharuan
belajar atau bekerja.
Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang disamping mempunyai unsur pusat juga mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.
Contoh:
pembangunan lima tahun
sekolah Inpres
buku baru
orang itu
malam ini
sedang belajar
sangat bahagia.
Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atasseperti adalah unsur pusat, sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah atributnya.
Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain.
Contoh:
Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar.
Ahmad, …….sedang belajar.
……….anak Pak Sastro sedang belajar.
Unsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Sastro’ merupakan aposisi. Contoh lain:
Yogya, kota pelajar
Indonesia, tanah airku
Bapak SBY, Presiden RI
Mamad, temanku.
Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif
Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.
Contoh:
Sejumlah mahasiswa di teras.
Berdasarkan Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya.
Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya, frasa dibagi menjadi enam.
Frasa nomina, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina. UP frasa nomina itu berupa:
nomina sebenarnya
contoh:
pasir ini digunakan utnuk mengaspal jalan
pronomina
contoh:
dia itu musuh saya
nama
contoh:
Dian itu manis
kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
contoh:
dia rajin → rajin itu menguntungkan
anaknya dua ekor → dua itu sedikit
dia berlari → berlari itu menyehatkan
kata rajin pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari yang awalnya adalah frasa verba.
Frasa Verba, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
Frasa Ajektifa, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Rumahnya besar.
Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.
Contoh:
menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau ‘sudah’. Tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).
Frasa Numeralia, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori numeralia. Yaitu kata-kata yang secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:
dua buah
tiga ekor
lima biji
duapuluh lima orang.
Frasa Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata) di teras
ke rumah teman
dari sekolah
untuk saya
Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh:
Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)
Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.
Dalam buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis, ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi.
Diposting oleh guru basindomd di 21.11 0 komentar
Kalimat Majemuk (Kelas XI)
Kalimat Majemuk
Ada 4 macam kalimat majemuk/kalimat tersusun, yakni kalimat majemuk setara, kalimat majemuk rapatan, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk berganda.Yang akan masuk dalam pengajian adalah kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
A. Kalimat Majemuk setara
a. Batasan
Kalimat majemuk setara dalah kalimat majemuk yang terdidri atas beberapakalimat yang setara atau sederajat kedudukannya, yang masing-masing dapat berdiri sendri.
b. Pembagian kalimat majemuk setara
1. Kalimat majemuk setara sejalan
Kalimat majemuk setara sejalan ialah kaliamat majemuk setara yang terdiri atas beberapa kalimat tunggal yang bersamaan situasinya
Contoh:
Juminten pergi ke pasar, Parno berangkat ke bengkel, sedang Ganes pergi ke kebun binatang
Catatan:
a. Kata-kata yang penghubung yang dapat dipakai dalam kalimat majemuk setara sejalan ialah: dan, dan lagi, lagi pula, sedang, sedangkan, lalu, kemudian.
b. Dalam meguraikan menurut jabatannya, hendaknya selalu dibiasakan menempuh cara-car sebagai berikut:
1. Kalimat yang hendak diuraikan dikutip lebih dahulu.
2. Memberi nama kalimat yang akan diuraikan.
3. Kemudian baru bagian-bagian kalimat diuraikan menurut jabatannya sebagai berikut:
a. Kata-kata yang hendak diuraikan ditempatkan di sebelah kiri.
b. Jabatan-jabatan kalimat ditempatkan di sebelah kanan.
Contoh uraian kalimat:
Juminten pergi ke pasar, Norif berangkat ke bengkel, sedang Ganes pergi ke kebun binatang.
I. Kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara sejalan.
II. a. Juminten pergi ke pasar.
Juminten = subjek
Pergi = predikat
Ke pasar = keterangan tempat
b. Norif berangkat ke bengkel
Norif = subjek
Berangkat = predikat
ke bengkel = keterangan tempat
c. Ganes pergi ke kebun binatang.
a. Ganes = subjek
b. pergi = predikat
c. ke kebun binatang = keterangan tempat
2. Kalimat Majemuk Setara Berlawanan
Kalimat majemuk setara berlawanan ialah kalimat majemuk setara yang terdiri atas beberapa kalimat tunggal yang isinya menyatakan situasi berlawanan.
Contoh:
Adiknya pandai, sedang kakaknya bodoh.
Rahmad berani, tetapi ia tidak mau bertengkar.
Catatan:
a. Kata-kata penhubung yang dapat dipakai dalam kalimat majemuk setara berlawanan antara lain ialah: sedangkan, tetapi, melainkan, padahal, hanyalah, walaupun, meskipun, biarpun, kendatipun, jangankan, namun.
b. Contoh uraian kalimat:
Rahmad berani, tetapi ia tidak mau bertengkar.
I. Kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara berlawanan
II. a. Rahmad berani
Rahmad = subjek
Berani = predikat
b. ia tidak mau bertengkar.
Ia = subjek
tidak mau bertengkar = predikat
3. Kalimat Majemuk Setara yang menyatakan sebab akibat
Kalimat Majemuk Setara yang menyatakan sebab akibat ialah kalimat majemuk setara yang terdiri atas beberapa kalimat tunggal yang isi bagian yang satu menyatakan sebab akibat dari bagian yang lain.
Contoh:
Roy Marten ditahan, karena ia telah membawa sabu-sabu.
Anak itum luka parah, sehingga ia harus dibawa ke rumah sakit.
Catatan:
a. Kata-kata penghubung yang dapat dipakai dalam kalimat majemuk setara yang menyatakan sebab akibat antara lain ialah: sebab, karena, oleh karena itu, sehingga, maka.
b. Contoh uraian kalimat
Roy Martien ditahan, karena ia telah membawa sabu-sabu.
I. Kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara yang menyatakan sebab akibat.
II. a. Roy Martien ditahan
Roy Martien = subjek
ditahan = predikat
b. ia telah membawa sabu-sabu.
Ia = subjek
telah membawa = predikat
sabu-sabu = objek
B. Kalimat Majemuk Bertingkat
a. Batasan
Kalimat Majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat tunggal yang kedudukanya tidak setara/ sederajat, yakni yang satu menjadi bagian yang lain.
b. Proses Terjadinya Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat sesungguhnya berasal dari sebuah kalimat tunggal. Bagian dari kalimat tunggal tersebut kemudian diganti atau diubah sehingga menjadi sebuah kalimat baru yang dapat berdiri sendiri.
Bagian kalimat majemuk bertingkat yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang tidak mengalami pergantian/ perubahan dinamakan induk kalimat, sedang bagian kalimat majemuk yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang sudah mengalami penggantian/ peubahan dinamakan anak kalimat.
Contoh:
Ia datang kemarin. Kalimat tunggal tersebut ialah kalimat tunggal yang mempunyai keterangan waktu: kemarin. Jika kata kemarin diganti/ diubah menjadi kalimat yang dapat berdiri sendiri, yakni diubah/ diganti dengan kalimat: ketika orang sedang makan, maka berubahlah kalimat tunggal tersebut menjadi kalimat majemuk bertingkat sebagai berikut: Ia datang, ketika orang sedang datang.
Perkataan: ia datang (yang tidak pernah mengalami perubahan/ pergantian) dinamai induk kalimat, sedang perkataan: ketika orang sedang makan (yang mengubah/ mengganti kata kemarin) dinamai anak kalimat.
c. Macam Anak Kalimat
Ada bermacam-macam anak kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat. Hal itu bergantung kepada bagian kalimat tunggal mana yang diubh/ digantinya. Karena itu macam anak kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat dapat diperinci sebagai berikut:
1. Anak kalimat pengganti subyek
Contoh:
Siapa bersalah, akan dihukum.
Yang mencuri sepeda saya, telah ditangkap polisi.
Contoh uraian kalimat:
Yang mencuri sepeda saya, telah ditangkap polisi.
G Kalimat tersebut ialah kalimat majemuk bertingkat
A. Telah ditangkap polisi = induk kalimat
Ditangkap = predikat
Polisi = obyek/ pelengkap pelaku
Telah = keterangan waktu/ keterangan modalitas.
B. Yang mencuri sepeda saya = anak kalimat pengganti subyek
Yang = subyek
Mencuri = predikat
Sepeda saya = obyek/ pelengkap penderita
Catatan:
Tiap kali hendak menguraikan kalimat majemuk bertingkat, hendaknya lebih dulu diusahakan mencari/ menyelidiki kalimat tunggal mana yang menjadi asal kalimat majemuk bertingkat itu. Dengan cara itu kita akan mudah mencari induk kalimat dan anak kalimat dari kalimat majemuk bertingkat yang hendak kita uraikan.
2. Anak kalimat pengganti predikat
Anak kalimat pengganti predikat hanya terdapat pada kalimat nominal.
Contoh:
Rumah itu batu. (kalimat tunggal)
Rumah itu bahannya terbuat dari benda keras. (kalimat majemuk bertingkat)
3. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap penderita
Contoh:
Basir mencintai Nova. (kalimat tunggal)
Basir mencintai yang sangat dikasihinya. (kalimat majemuk bertingkat)
4. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap pelaku
Contoh:
Ali ditikam oleh penjahat. (kalimat tunggal)
Ali ditikam oleh orang yang menggedor pintu rumahnya semalam. (kalimat majemuk bertingkat)
5. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap penyerta
Contoh:
Norief memberikan uang kepada anaknya. (kalimat tunggal)
Norief memberikan uang kepada yang menumpang di Surabaya. (kalimat majemuk bertingkat)
6. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap berkata depan
Contoh:
Ia rindu kepada ibunya. (kalimat tunggal)
Ia rindu kepada yang memeliharanya sejak kecil. (kalimat majemuk bertingkat)
7. Anak kalimat pengganti obyek pasangan
Contoh:
Kami telah berunding dengan Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono. (kalimat tunggal)
Kami telah berunding dengan yang memimpin negara Indonesia. (kalimat majemuk bertingkat)
8. Anak kalimat pengganti obyek alat
Contoh:
Norief bersenjatakan pena. (kalimat tunggal)
Norif bersenjatakan yang dibuat untuk menulis. (kalimat majemuk bertingkat)
9. Anak kalimat pengganti keterangan tempat
Contoh:
Henny pergi ke pasar. (kalimat tunggal)
Henny pergi ke yang dikunjungi orang tiap hari. (kalimat majemuk bertingkat)
10. Anak kalimat pengganti keterangan waktu
Contoh:
Anis datang kemarin. (kalimat tunggal)
Anis datang ketika orang sedang sholat. (kalimat majemuk bertingkat)
11. Anak kalimat pengganti keterangan sebab
Contoh:
Basir tidak berkuliah karena sakit. (kalimat tunggal)
Basir tidak berkuliah karena jiwanya terganggu. (kalimat majemuk bertingkat)
12. Anak kalimat pengganti keterangan alasan
Contoh:
Saya tidak pergi karena hujan. (kalimat tunggal)
Saya tidak pergi karena suasana yang tidak mengizinkan. (kalimat majemuk bertingkat)
13. Anak kalimat pengganti keterangan akibat
Contoh:
Basir dianiaya sehingga sakit. (kalimat tunggal)
Basir dianaya sehingga badannya terbaring. (kalimat majemuk bertingkat)
14. Anak kalimat pengganti keterangan alat
Contoh:
Ia menikam dengan pisau. (kalimat tunggal)
Ia menikam dengan yang dibelinya kemarin. (kalimat majemuk bertingkat)
15. Anak kalimat pengganti keterangan asal
Contoh:
Sepatunya Norief terbuat dari emas. (kalimat tunggal)
Sepatunya Norief terbuat dari bahan yang diinginkannya. (kalimat majemuk bertingkat)
16. Anak kalimat pengganti keterangan syarat
Contoh:
Kalau begitu, saya tidak mau mengajak . (kalimat tunggal)
Kalau kamu nakal, saya tidak mau mengajak. (kalimat majemuk bertingkat)
17. Anak kalimat pengganti keterangan tujuan
Contoh:
Tora Sudiro belajar keras agar lulus. (kalimat tunggal)
Tora Sudiro belajar keras agar cita-citanya tercapai. (kalimat majemuk bertingkat)
18. Anak kalimat pengganti keterangan kualitas
Contoh:
Boneng tersenyum manis. (kalimat tunggal)
Boneng tersenyum seperti yang kita lihat. (kalimat majemuk bertingkat)
19. Anak kalimat pengganti keterangan perihal
Contoh:
Dengan tertawa ia menjawab pertanyaan itu. (kalimat tunggal)
Dengan mulut tertawa lebar ia menjawab pertanyaan itu. (kalimat majemuk bertingkat)
20. Anak kalimat pengganti keterangan perlawanan
Contoh:
Meskipun mendung, ia berangkat juga. (kalimat tunggal)
Meskipun cuaca buruk, ia berangkat juga. (kalimat majemuk bertingkat)
21. Anak kalimat pengganti keterangan kuantitas
Contoh:
Mereka berjalan seratus kilometer. (kalimat tunggal)
Mereka berjalan jauh sekali jaraknya. (kalimat majemuk bertingkat)
22. Anak kalimat pengganti keterangan derajat
Contoh:
Udara itu dingin sekali. (kalimat tunggal)
Uadara itu tak terperikan rasanya. (kalimat majemuk bertingkat)
23. Anak kalimat pengganti keterangan modalitas
Contoh:
Mungkin ia meninggal di sana. (kalimat tunggal)
Desas-desus tersiar ia meninggal di sana. (kalimat majemuk bertingkat)
24. Anak kalimat pengganti keterangan perbandingan
Contoh:
Paimo lebih rajin daripada Mopai. (kalimat tunggal)
Paimo lebih rajin daripada orang yang mirip dengannya itu. (kalimat majemuk bertingkat)
25. Anak kalimat pengganti keterangan perwatasan
Contoh:
Semua tahanan dibebaskan, kecuali Basir. (kalimat tunggal)
Semua tahanan dibebaskan, kecuali yang berseragam merah jambu itu. (kalimat majemuk bertingkat)
Catatan :anak kalimat pengganti obyek/ pelengkaptan:
Dalam kalimat majemuk bertingkat kadang-kadang dipergunakan kalimat langsung dan kalimat tak langsung.
G Kalimat langsung
Ali mengatakan, ”saya pergi kemarin”.
Kata Ali ”saya pergi kemarin”.
G Kalimat tak langsung
Ali mengatakan bahwa ia pergi kemarin.
Kata Ali, ia pergi kemarin.
d. Cucu Kalimat
Dalam kalimat majemuk bertingkat kadang-kadang terdapat cucu kalimat, yaitu anak dari anak kalimat. Cucu kalimat tersebut terjadi jika bagian kalimat dari anakkalimat diubah/ diganti menjadi sebuah kalimat yang dapat berdiri sendiri.
Contoh:
Norief menyepak bola. (kalimat tunggal)
Ia menyepak yang disenangi oleh adiknya. (kalimat majemuk bertingkat yang mempunyai anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap penderita)
Ia menyepak yang disenangi oleh yang memakai baju baru itu. (kalimat majemuk bertingkat yang mempunyai cucu kalimat pengganti obyek/ pelengkap pelaku pada anak kalimat)
Diposting oleh guru basindomd di 19.11 0 komentar
Label: Kelas XI
Klausa / Anak Kalimat (Kelas X)
Pengertian Klausa
Klausa ialah satuan gramatikal, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek (S) dan predikat (P), dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana dkk, 1980:208). Klausa ialah unsur kalimat, karena sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur klausa (Rusmaji, 113). Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian, S juga sering juga dibuangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat dari penggabungan klausa, dan kalimat jawaban (Ramlan, 1981:62.
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas predikat, baik diikuti oleh subjek, objek, pelengkap, keterangan atau tidak dan merupakan bagian dari kalimat. Penanda klausa adalah P, tetapi yang menjadi klausa bukan hanya P, jika mempunyai S, klausa terdiri atas S dan P. Jika mempunyai S, klausa terdiri dari atas S, P, dan O. jika tidak memiliki O dan Ket, klausa terdiri atas P, O, dan Ket. Demikian seterusnya.Penanda klausa adalah P, tetapi yang dianggap sebagai unsure inti klausa adalah S dan P.
Penanda klausa adalah P, tetapi dalam realisasinya P itu bias juga tidak muncul misalnya dalam kalimta jawaban atau dalam bahasa Indonesia lisan tidak resmi. Contoh :
Pertanyaan : kamu memanggil siapa?
Jawaban : teman satu kampus à S dan P-nya dihilangkan.
Contoh pada bahasa tidak resmi : saya telat! à P-nya dihilangkan.
Klausa merupakan bagian dari kalimat. Oleh karena itu, klausa bukan kalimat. Klausa belum mempunyai intonasi lengkap. Sementara itu kalimat sudah mempunyai intonasi lengkap yang ditandai dengan adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat tersebut sudah selesai. Klausa sudah pasti mempunyai P, sedangkan kalimat belum tentu mempunyai P.
Jenis-jenis Klausa
Ada tiga dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa. Ketiga dasar itu adalah (1) Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya (BSI), (2) Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang menegatifkan P (BUN), dan (3) Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P (BKF). Berikut hasil klasifikasinya :
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya, berikut klasifikasinya :
Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir.
Klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi :
Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P. Contoh :
Kondisinya sudah baik.
Rumah itu sangat besar.
Mobil itu masih baru.
Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S. Contoh :
Sudah baik kondisinya.
Sangat besar rumah itu.
Masih baru mobil itu.
Klausa Tidak Lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.
Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan :
Klausa Positif
Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P. Contoh :
Ariel seorang penyanyi terkenal.
Mahasiswa itu mengerjakan tugas.
Mereka pergi ke kampus.
Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P. Contoh :
Ariel bukan seorang penyanyi terkenal.
Mahasiswa itu belum mengerjakan tugas.
Mereka tidak pergi ke kampus.
Kata negasi yang terletak di depan P secara gramatik menegatifkan P, tetapi secara sematik belum tentu menegatifkan P. Dalam klausa Dia tidak tidur, misalnya, memang secara gramatik dan secara semantik menegatifkan P. Tetapi, dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, kata negasi itu secara sematik bisa menegatifkan P dan bisa menegatifkan O. Kalau yang dimaksudkan 'Dia tidak mengambil sesuatu apapun', maka kata negasi itu menegatifkan O. Misalnya dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, melainkan sendok.
Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
Klausa Nomina
Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina. Contoh :
Dia seorang sukarelawan.
Mereka bukan sopir angkot.
Nenek saya penari.
Klausa Verba
Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba. Contoh :
Dia membantu para korban banjir.
Pemuda itu menolong nenek tua.
Klausa Adjektiva
Klausa adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva. Contoh :
Adiknya sangat gemuk.
Hotel itu sudah tua.
Gedung itu sangat tinggi.
Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia. Contoh :
Anaknya lima ekor.
Mahasiswanya sembilan orang.
Temannya dua puluh orang.
Klausa Preposisiona
Klausa preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona. Contoh :
Sepatu itu di bawah meja.
Baju saya di dalam lemari.
Orang tuanya di Jakarta.
Klausa Pronomia
Klausa pronomial ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial. Contoh :
Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
Sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya.
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
Klausa Bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat. Contoh :
Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
Dosen kita itu rumahnya di jalan Ambarawa.
Semua orang mengatakan bahwa dialah yang bersalah.
Klausa terikat
Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor. Kalimat minor adalah konsep yang merangkum : pangilan, salam, judul, motto, pepatah, dan kalimat telegram. Contoh :
Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.
Semua tersangkan diinterograsi, kecuali dia.
Ariel tidak menerima nasihat dari siapa pun selain dari orang tuanya.
Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.
Oscar Rusmaji (116) berpendapat mengenai beberapa jenis klausa. Menurutnya klausa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.
Berdasarkan tatarannya dalam kalimat, klausa dapat dibedakan atas :
Klausa Atasan
Klausa atasan ialah klausa yang tidak menduduki f ungsi sintaksis dari klausa yang lain. Contoh :
Ketika paman datang, kami sedang belajar.
Meskipun sedikit, kami tahu tentang hal itu.
Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa yang lain. Contoh :
Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.
Jika tidak ada rotan, akarpun jadi.
Analisis Klausa
Klasifikasi dapat dianalisis berdasarkan tiga dasar, yaitu :
Berdasarkan fungsi unsur-usurnya
Berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsurnya
Berdasarkan makna unsur-unsurnya.
Analisis Klausa Berdasarkan Fungsi Unsur-unsurnya
Klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yang di sini disebut S, P, O, pel, dan ket. Kelima unsur itu tidak selalu bersama-sama ada dalam satu klausa. Kadang-kadang satu klausa hanya terdiri dari S dan P kadang terdiri dari S, P dan O, kadang-kadang terdii dari S, P, pel dan ket. Kadang-kadang terdiri dari P saja. Unsur fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa ialah P.
S dan P
Contoh : Budi(S) tidak berlari-lari(P) èTidak berlari-lari(P) Budi(S)
Badannya(S) sangat lemah(P) è Sangat lemah(P) badannya(S)
O dan Pel
P mungkin terdiri dari golongan kata verbal transitif, mungkin terdiri dai golongan kata verbal intransitif, dan mungkin pula terdirri ari golongan-golongan lain. Apabila terdiri dari golongan kata verbal transitif, diperlukan adanya O yang mengikuti P itu. Contoh :
Kepala Sekolah(S) akan menyelenggarakan(P) pentas seni(O).
Pentas seni(S) akan dislenggarakan(P) kepala sekolah(O)
KET
Unsur klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O dan Pel dapat diperkirakan menduduki fungsi Ket. Berbeda dengan O dan Pel yang selalu terletak di belakang dapat, dalam suatu klausa Ket pada umumnya letak yang bebas, artinya dapat terletak di depan S, P dapat terletak diantara S dan P, dan dapat terletak di belakang sekali. Hanya sudah tentu tidak mungkin terletak di antara P dan O, P dan Pel, karena O dan Pel boleh dikatakan selalu menduduki tempat langsung dibelakang P. Contoh :
Akibat banjir(Ket) desa-desa itu(S) hancur(P)
Desa-desa itu(S) hancur(P) akibat banjir(O)
Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Kata atau Frase yang menjadi Unsurnya.
Analisis kalusa berdasarkan kategori kata atau frase yang menjadi unsur-unsur klausa ini itu disebut analisis kategorional. Analisis ini tidak terlepas dari analisis fungsional, bahkan merupakan lanjutan dari analisis fungsional.
Contoh :
Aku
Sudah menghadap
Komandan
Tadi
F
S
P
O
Ket
K
N
V
N
Ket
Analisis Klausa Berdasarkan Kategori Makna dan Unsur-unsurnya.
Dalam analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi S, P, O, Pel dan Ket dalam analisis kategorial telah dijelaskan bahwa fungsi S terdiri dari N, fungsi P terdiri dari N, V, Bil, FD, fungsi O terdiri dari N, fungsi Pel terdiri dari N, V, Bil dan fungsi ket terdiri dari Ket, FD, N.
Fungsi-fungsi itu disamping terdiri dari kategori-kategori kata atau frase juga terdiri dari makna-makna yang sudah barang tentu makna unsur pengisi fungsi berkaitan dengan makna yang dinyatakan oleh unsur pengisi fungsi yang lain. Contoh :
Dinda
Menemani
Adiknya
Di tempat tidur
Beberapa saat
F
S
P
O
Ket 1)
Ket 2)
K
N
V
N
FD
N
M
Pelaku
Pembuatan
Penderita
Tempat
Waktu
Makna Unsur Pengisi P
Menyatakan makna "Perbuatan"
Contoh : Dinda sedang belajar
Frase sedang belajar yang menduduki fungsi P menyatakan makna "Perbuatan" yaitu perbuatan yang sedang dilakukan oleh "pelakunya" yaitu 'Dinda'
Menyatakan makna "Keadaan"
Contoh : Rambutnya hitam dan lebat
RUMAH itu sangat besar
Lukanya sangat parah
Kata-kata hitam, lebat, besar, dan parah semuanya merupakan makna keadaan.
Makna keadaan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
Keadaan relatif singkat. Keadaan ini mudah berubah. Misalnya :
Rumah itu sangat bersih
Kami sudah mengantuk
Keadaan yang relatif lama dan kecenderungannya tidak mudah berubah. Keadaan yang semcam ini secara khusus disebut sifat. Misalnya :
Mahasiswa itu sangat rajin
Perempuan itu ramah sekali
Pohon cemara itu sangat tinggi
Keadaan yang merupakan runtutan perubahan keadaan yang disebut proses. Misalnya :
Hujannya mereda
Pengaruhnya semakin meluas
Keadaan yang merupakan pengalaman kejiwaan. Misalnya :
Orang itu dapat memahami keinginan anaknya.
Setiap orang menyukai perbuatan baik
Orang itu sangat sayang kepada binatang
Menyatakan Makan 'Keberatan"
Contoh : Para tamu di ruang depan
Ariel berada diruang baca
Dinda tinggal di luar kota
Kata yang bercetak miring tersebut menjadi unsur pengisi P tidak menyatakan makna "perbuatan" dan "keadaan" melainkan menyatakan makna "keberadaan".
Menyatakan makna "pengenal"
Contoh : orang itu adalah pegawai kedutaan
Mereka adalah imahasiswa Um
Dia adalah teman kecil saya
Menyatakan makna "jumlah"
Contoh : Rumah itu dua rumah
Anak orang itu lima
Kaki meja itu empat
Menyatakan makana "perolehan"
Contoh : Ariel memiliki mobil
Dinda mendapat hadiah
Sayur-sayuran itu mengandung banyak vitamin
Makna Unsur Pengisi S
Menyatakan Makna "pelaku"
Contoh : Seorang perempuan tua membeli beras.
Mahasiswa mengerjakan beberapa tes.
Menyatakan makna "alat"
Contoh : Truk-truk itu mengangkut beras.
Sebuah gambar menghiasi kamar kerjanya.
Menyatakan makna "sebab"
Contoh : Banjir besar itu menghancurkan kota.
Kamar itu panas karena perapian.
Menyatakan makna "penderita"
Contoh : Benda itu dipukulkannya dengan batu lain.
Jalan-jalan sedang diperbaiki.
Menyatakan makna "hasil"
Contoh : Rumah-rumah banyak didirikan pemerintah.
Novel itu dikarang oleh pengarang muda dari kalimantan.
Menyatakan makna "tempat"
Contoh : Para turis banyak berkunjung ke pantai kutai.
Gua itu belum pernah dimasuki orang.
Menyatakan makna "penerima"
Contoh : Seorang ayah membelikan sepeda baru untuk anaknya
Gadis itu akan dibuatkan rok oleh ibunya
Menyatakan makna "pengalaman"
Contoh : Rambutnya hitam dan lebat
Lukanya membesar
Menyatakan makna "dikenal"
Contoh : Orang itu pegawai kedutaan
Dia adalah teman saya
Menyatakan makna "terjumlah"
Contoh : Kaki meja itu empat
Anak orang itu lima
Makna Unsur Pengisi O (1)
Menyatakan makna "penderita"
Contoh : Ia menebang pohon.
Seorang laki-laki menurunkan dua koper.
Menyatakan makna "penerima"
Contoh : Ahmad membeli buku baru untuk anaknya.
Dinda membelikan baju baru bagi anaknya.
Menyatakan makna "tempat"
Contoh : Banyak turis mengunjungi candi Borobudur.
Petani itu menanam ubi-ubian di tegalnya.
Menyatakan makna "alat"
Contoh : Polisi menembak penjahat dengan pistolnya
Ia mengikatkan tali pada sebatang pohon.
Menyatakan makna "hasil"
Contoh : Pemerintah membuat jalan-jalan baru.
Makna Unsur Pengisi O (2)
Menyatakan makna "penderita".
Contoh : Ariel membelikan anaknya buku baru.
Menyatakan makna "hasil".
Contoh : Penjahit membuatkan kebaya ibu.
Makna Unsur Pengisi PEL
Menyatakan makna "penderita".
Contoh : Banyak mahasiswa belajar bahasa jerman.
Menyatakan makna "alat".
Contoh : Ia bersenjatakan bambu runcing.
Makna Unsur Pengisi KET
Menyatakan makna "tempat"
Contoh : Aku mengitari rumah dari samping.
Menyatakan makna "waktu"
Contoh : Bapak kepala daerah pergi ke Jakarta kemarin.
Menyatakan makna "cara"
Contoh : Pencuri itu lari dengan skripsi.
Menyatakan makna "peserta"
Contoh : Ariel senang bercakap-cakap denganku
Menyatakan makna "alat"
Contoh : Anak itu menulis dengan tangan kiri.
Menyatakan makna "sebab"
Contoh : Orang itu menjadi gila karena tekanan hidup.
Menyatakan makna "pelaku"
Contoh : Senayan mulai dihuni oleh beberapa olahragawan.
Menyatakan makna "keseringan"
Contoh : Ariel telah menyerukan kata awas beberapa kali.
Menyatakan makna "perbandingan"
Contoh : Ariel sangat pandai seperti kakaknya.
Menyatakan makna "perkecualian"
Contoh : Anak-anak itu tidak boleh masuk kecuali saya.
MAKNA PENGISI UNTUK UNSUR KLAUSA
Predikat
subjek
Objek (1)
Objek (2)
Pelengkap
Keterangan
Pembuatan keadaan
Keberadaan
Pengenal
Jumlah
Pemerolehan
Pelaku
Alat
Sebab
Penderita
Hasil
Tempat
Penerima
Pengalaman
Dikenal
Terjumlah
Penderita
Penerima
Tempat
Alat
Hasil
Penderita
Hasil
Penderita
Alat
Tempat
Waktu
Cara
Penerima
Peserta
Alat
Sebab
Pelaku
Keseringan
Perbandingan
Perkecualian
Diposting oleh guru basindomd di 18.13 0 komentar